Wednesday, 1 June 2016

konsep apresiasi sastra anak sd

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni pencarian kesenangan pada buku, menginterprestasikan bacaan sastra, mengembangkan kesadaran bersastra, dan mengembangkan apresiasi.
Pembelajaran sastra di SD adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia,dan sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
B.       Rumusan Masalah
1)   Apakah definisi apresiasi sastra?
2)   Apakah tujuan dan manfaat apresiasi sastra?

C.       Tujuan
1)      Untuk mengetahui definisi apresiasi sastra.
2)      Untuk tujuan dan manfaat apresiasi sastra.














BAB II
PEMBAHASAN
A.       PENGERTIAN
Sebagai guru tentu anda pernah mendengar atau membaca istilah apresiasi yang diucapkan atau ditulis orang dalam berbagai kesempatan.kata apresiasi diserap dari bahasa inggris appreciaton. Dalam bahasa inggris, kata itu merupakan kata benda yang dibentuk dari kata kerja to appreciate. Dalam bahasa asalnya, appreciation value, berarti understanding of the nature and quality of something, intelligent enjoyment,gratitude, an increase in moneya critcil estimate or judgment(cayne 1990). Dalam kamus besar bahasa Indonesia(1993)kata apresiasi sebagai tema dasar diberi arti :
(1)   Kesadaran tehadap nilai-nilai seni dan budaya;
(2)   Penilain(penghargaan)terhadap sesuatu;
(3)   Kenaikan nilai barang karena harga pasanya naik atau permintaan akan barang itu bertambah.
Badudu dan zain (1996) memaknai kata apresiasi,seperti (1) penghargaan; (2) pengertian, pemahaman; (3) penilain, penafsiran. Saudara,makna kata apresiasi, seperti dijelaskan di atas merupakan makna leksikal, sedangkan dalam kaitannya dengan istilah apresiasi sastra ada beberapa pendapat yang perlu anda perhatikan.marilah kita ikuti pendapat-pendapat itu!. Dalam ensiklopedi indonesia (1980) dijelaskan sastra adalah sikap menghargai sastra  berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya.badudu dan zain (1996) menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah pemahaman,penghargaan,dan penilain yang positif terhadap karya sastra. Sudjiman (1990) memaknai apresiasi sastra sebagai penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan pada pemahaman. Sementar itu,zaidan (1994) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil penilaian,pemahaman, penafsiran,penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra iu. Effendi (1982) mendefinisikan pengertian apresiasi sastra sebagai kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Sejalan dengan rumusan-rumusan di atas, dapatlah dibuat definisi pengertian apresiasi sastra anak. Apresiasi sastra anak adalah sebagai berikut :
1)   Sikap menghargai sastra anak berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya;
2)   Pemahaman, penghargaan, dan penilaian yang positif terhadap karya sastra anak;
3)   Penghargaan terhadap karya sastra anak yang didasarkan pada pemahaman;
4)   Penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukunng oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung didalamnya;
5)   Kegiatan menggauli karya sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis dan kepkaan perasaan yang baik terhadapnya.
Setelah membaca uraian diatas, akam timbul pertanyaan dalam hati anda mengapa pembelajaran uraian diatas, akan timbul pertanyaan dalam hati anda. Mengapa pembelajaran apresiasi sastra perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sejak sekolah dasar?. Dalam hal ini perlu diingat bahwa salah satu faktor yang diperlukan dalam mengapresiasi sastra adalah kemampuan membaca. Seyogyanya pembelajaran apresiasi sastra dipandang sebagai salah satu usaha menumbuhkan kembangkan minat dan kegemaran membaca pada anak sekolah dasar. Pembiasaan membaca disekolah melalui pembelajaran apresiasi sastra akan membuat siswa memiliki kebiasaan membaca. Kebiasaaan yang diciptakan seperti ini pada tahap selanjutnya dapat menjadi kebutuhan bagi anak-anak kita, terutama sebagai generasi penerus bangsa indonesia dengan banyak membaca terbukalah kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak-anak kita, untuk maju seirama dnegan pesatnya laju kehidupan manusia pada era globalisasisekarang ini. Selain itu apresiasi anak sangat bermanfaat bagi anak dan bagi anda sebagai guru.
Mempelajari apresiasi sastra bermanfaat secara estesis, pendidikan kepekaan batin  dan sosial, menambah wawasan, pengembangan, kejiwaan atau kepribadian. Berikut ini manfaat dari sastra adalah sebagai berikut:
1)   Manfaat estetis adalah manfaat tentang keindahan yang melekat pada sastra anak. Ada nilai keindahan yang terpancar dalam sastra anak, yaitu keindahan seni merangkai kata atau menyusun bahasa. Manfaat estesis mampu memberi hiburan, kepuasaan, kenikmatan dan kebahagiaan batin ketika suatu karya sastra dibaca atau didengar.
2)   Manfaat pendidikan pada apresiasi sastra anak adalah memberi sebagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalu kegiatan pembelajaran dan latihan. Berbagai ajaran kehidupan lahir dan batin dapat dipetik melalui kegiatan mengapresiasi sastra.
3)   Manfaat kepekaan batin atau social dalam mengapresiasi sastra anak merupakan upaya untuk selalu mengasah batin agar mudah tersentuh oleh hal-hal yang bersifat batiniah atau pun sosial.
4)   Manfaat menambah wawasan dalam mengapresiasi sastra anak adalah memberi tambahan informasi, pengaetahuan, pengalaman hidup dan pandang tentang kehidupan.
5)   Manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari sastra anak adalah mampu menghaluskan budi pekerti apresiator dari banyak membaca karya sastra tentu anak banyak memperoleh informasi yang berkaitan dengan  ajaran budi pekerti yang apa bila dilaksankan dapat membuat anak (pembaca) memiliki kepribadian baik, budi pekerti yang saleh dan luhur.

B.       TINGKAT APRESIASI SASTRA
Sebelum mempelajari tingkat apresiasi sastra, ada baiknya anda mengetahui terlebih dahulu bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan anda dalam mengapresiasi sastra. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan apresiasi langsung, apresiasi tidak langsung, pendokumentasian karya sastra, dan kegiatan kreatif.
1)   Kegiatan Apresiasi Langsung
Kegiatan ini dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan dari karya satra anak yang diapresiasi.nilai kenikmatan sastra anak dapat memberi suatu yang menyenangkan,menghibur,dan memberi kepuasaan.nilai kehikmatan sastra dapat memberi pelajaran,amanat dan nasihat tenatng kehidupan.kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut;
a.    Membaca Sastra Anak
Kegiatan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh sesuatu yang terkandung dalam sastra anak yaitu nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan anak. Nilai-nilai itu memberi arahan tentang perilaku, pandangan hidup dan cara menyikapinya sesutau dalam menghadapi kehidupan
b.    Mendengar Sastra Anak
Kegiatan ini dapat berupa mendengarkan pembaca suatu karya sastra. Kegiatan ini memerlukan ketajaman pikiran dan perasaan guna menyimak karya sastra yang didengarkan.
c.    Menonton Pementasan Sastar Anak
Kegiatan ini dapat berupa menonton pembacaan puisi, cerpen atau pementasan drama. Kegiatan menonton ini tidak terbatas pada pementasan panggung saja, melainkan juga menonton lewat televisi atau film bioskop.

2)   Kegiatan Apresiasi Tidak Anak Langsung
Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan apresiasi yang dapat menunjang pemahaman seseorang terhadap karya sastra anak. Kegiatannya berupa kegiatan mempelajari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Mempelajari teori sastra dikatakan apresiasi tidak langsung sebab yang di pelajari bukan karya sastra konkret, melainkan teori dan konsep tentang sastra. Teori sastra sebaliknya di pelajari oleh orang dewasa, terutama sekali untuk guru sebagai penambah wawasan tentang sastra, sedangkan untuk siswa sebaliknya anda sajikan apresiasi sastra secara langsung, yaitu anak langsung membaca karya sastra, mendengarkan pembacaan karya sastra, dan menonton pementasan karya sastra.
Mempelajari sejarah sastra dapat memperluas wawasan kita yang memang diperlukan agar mengetahui bagaimana perkembangan  sastra di suatu wilayah atau negara, perkembangan sastra dari satu dekade ke dekade berikutnya, dari satu angkatan dari satu angkatan selanjutnya, dan dari satu aliran ke aliran lainnya.hal yang di kaji dalam sejarah sastra adalah konsep-konsep dasar angkatan, sejarah aliran sastra,  perkembangan jenis-jenis sastra dari berbagai segi, dan ciri-ciri, struktur dan isi karya sastra setiap angkatan.
Demikian pula halnya jika anda mempelajari kritik sastra karena kritik sastra berkaitan dengan penelaahan karangan di tinjau dari segi-segi tertentu karya sastra. Bentuknya dapat berupa artikel dalam surat kabar atau majalah, buku esai atau antologi esai. Mempelajari kritik sastra dapat memperluas wawasan kita guna melihat bagaimana cara orang lain memberi pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu karya sastra.

3)   Pendokumentasian Karya Sastra
Pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikannya  itu di lihat dari segi fisiknya, yaitu ikut memelihara karya sastra, menyediakan data untuk orang yang memerlukannya, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan. Kegiatan pendokumentasian sastra, meliputi pengumpulan dan penyusunan semua data karya sastra yang berupa artikel atau karangan berupa surat kabar, majalah, makalah, skripsi, tesis, disertasi ataupun buku-buku sastra. Untuk latihan kegiatan dokumentasi bagi siswa, guru dapat menugasi mereka membuat kliping puisi atau cerita anak di gunting di koran atau majalah.
4)   Kegiatan Kreatif
Kegiatan ini dapat berupa kegiatan belajar menulis karya sastra, misalnya puisi, prosa atau drama. Hasilnya dapat dimuatkan dalam majalah dinding, buletin osis, majalah sekolah, surat kabar atau majalah tertentu. Kegiatan kreatif  juga dapat dilaksanakan secara rekreatif, misalnya menceritakan kembali karya sastra yang di dengar, di baca, atau  di nonton. Atau mengubah bentuk puisi menjadi prosa dan sebaliknya.
Sekarang kita sampai pada pembahasan tingkat apresiasi sastra.memang, apresiasi seseorang terhadap karya sastra anak tidak mungkin langsung tinggi, luas, dan lebih mendalam dari taraf yang randah ke taraf yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih mendalam. Ini berarti, kemampuan mengapresiasi sastra itu dapat  di tingkatkan, di perluas atau diperdalam. Caranya dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan, seperti telah di uraikan di muka.
Rusyana (1979) menyebutkan ada tiga tingkat apresiasi sastra, yaitu sebagai berikut :
(1) Seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya sastra, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif.
(2) Setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektualnya bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya; dan (3) ia menyadari hubungan sastra dengan dunia diluarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dam mendalam.pendapatan diatas dapat dijelaskan seperti berikut;
Ada beberapa apresiasi tingkatan yaitu ;
a.      Apresiasi tingkat I
Kegiatan apresiasi seseorang didominasi oleh pergulatan emosinya dengan panduan daya intelektualnya. Pada tingkat ini apresiator dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, kesedihan atau kemarahan, sesuai dengan aspek-aspek emosi yang terkandung dalam karya sastrra yang diapresiasinya. Apresiator seolah-olah berada didalam cerita atau mengalami sendiri kejadian-kejadian yang ada dalam cerita itu.

b.      Apresiasi tingkat II
Pada tingkat ini, selain terjadi pengulat emosi, terjadi pula pergulatan daya intelktualnya dengan kuat untuk memahami unsur-unsur yang membentuk cerita itu.apresiasi yang berada pada tingkat ini telah dapat memanfaatkan pengetahuan tentang sastra yang telah dimilikinya melalui kegiatan apresiasi tidak langsung dengan pengetahuan yang dimilikinya apresiator dapat melihat kelebihan. Dan kelemahan karya sastra yang diaoresiasinya melalui unsur-unsur intrinsik sastra tersebut dengan demikian, apresiator dapat menilai bagus tidaknya karya sastra itu.

c.       Apresiasi tingkat III
Pada tingkat ini, apresiator menggunakan emosi, intelektual dan pengalaman hidupnya dalam mengapresiasi karya sastra. Ia menghubungkan pengalaman  yang dalam  cerita dengan pengalaman. Yang ada diluar  cerita yang dibacanya dengan demikia, ia mendapatkan memberi penilaian secara tepat kepada karya sastra yang diapresiasinya. Ia tidak hanya menilai, melainkan juga mengagumi pengaranya sebagai orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengolah pengalamannya, tidak hanya segi bahasa, melainkan juga dari segi isi melalui unsur-unsur sastra yang terkandung didalamnya sehingga menjadi sautu karya yang berkualitas. Selain pendapat diatas, ada pula pendapat tentang tingkat apresiasi sastra yang kemukakan oleh P.Suparman (dimuat dalam tarigan, 2001). Menurut P.Suparman, ada 5 tingkat apresiasi sastra, yaitu;
a.    Tingkat penikmatan, tindak operasionalnya, membaca karya sastra,mendengarkan pembacaan karya sastra,dan menonton pementasan karya sastra.
b.    Tingkat penghargaan, tindak operasionalnya, mendengarkan atau membaca dengan baik, mengambil suatu manfaat, merasakan suatu pengaruh kedalam jiwa, mengalami.
c.    Tingkat pemahaman, tindak operasionalnya, meniliti unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, menganalisi dan menyimpulkan.
d.   Tingkat penghayatan, tindak operasionalnya membuat analisi lanjut, mencari hakikat arti materi denagn argumentasinya, memparafrase, menafsirkan dan menyusun pendapat berdasarkan analisi yang sudah dilakukan.
e.    Tingkat implikasi, tindak operasionalnya merasakan manfaatnya, melahirkan ide baru, mengamalkan penemuan dan mendayagunakan hasil apresiasi dalam mencapai nilai material, untuk kepentingan sosial, politik dan budaya.

C.       SASTRA ANAK
  Sebelum membicarakan sastra anak, perlu dijelaskan pengertian anak di situ, sesuai dengan konteknya. Dalam kaitannya dengan istilah sastra anak, yang dimaksud dengan anak disitu adalah anak yang berusia 6-13 tahun, usia anak sekolah dasar. Anda pasti tahu bagaimana karateristik anak seusia itu. Menurut ilmu jiwa perkembangan, anak usia 6-9 tahun (kelas i-iii sd) menyukai cerita sederhana  tentang kehidupan  sehari-hari, cerita bintang, dan cerita lucu. Sedangkan anak 9-13 tahun (kelas iv-vi sd) menyukai cerita kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realitis, cerita fantastis, dan cerita petualangan. Dalam pemilihan bahan pembelajaran apresiasikan sastra anak, karakterisktik anak seperti itu harus anda gunakan sebagai kriterianya agar materi pembelajaran yang anda tentukan bermakna bagi siswa.
   Sekarang kita lanjutakan  pembahasan kita tentang sastra anak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sastra anak adalah karya seni yang imijinatif dengan unsur estesisnya dominan, bermediumkan bahasa lisan atau tertulis, secara khusus dapat dipahami oleh anak, dan berisi tentang dunia akrabi oleh anak. Berdasarkan  sasaran dan penciptanya Sarumpaet (1976) menyatakan bahwa sastra anak merupakan karya sastra anak merupakan karya sastra yang dikonsumsikan oleh anak dan diurus dan dikerjakan oleh orang dewasa. Sastra anak ditulis oleh orang dewasa untuk anak. Orang dewasalah yang mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan mendistribusikannya. Dirumah atau pun disekolah. Orang dewasalah yang memilihkan, sering membacakannya untuk anak.
Sebenarnya, tidak semua sastra iru ditulis orang dewasa. Penulisan sastra anak dapat pula dilakukan oleh anak sendiri, misalnya anak yang berumur 10 atau 11 tahun keatas telah dapat mengubah puisi atau cerita yang dimuat dalam majalah bobo atau lembaran khusus yang disediakan oleh koran-koran pada hari-hari tertentu umumnya sastra nak memang dituliskan oleh orang dewasa untuk anak.
Selain sastra anak, istilah cerita anak merupakan istilah umum untuk menyebut karya sastra anak yang berbentuk prosa, misalnya dongeng, legenda, mite yang dilolah menjadi cerita anak. Adapula istilah bacaan anak yang lebih menekan pada media cetak, bahasa tertulis bukan bahasa lisan. Bacaan anak tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat fantasi, melainkan juga pada hal-hal yang bersifat pengetahuan dan keterampilan khusus.
Sifat dan hakikat sastra anak harus sesuia dengan dunia dan alam kehidupan yang khas milik anak, bukan milik orang dewasa. Itu sebabnya sifat sastra anak lebih menonjol unsur fantasi yang penuh dengan keserbamungkinan. Menurut anggapan anak, segala sesuatu, benda hidup atau benda mati, berjiwa dan bernyawa seperti dirinya. Setiap benda dianggapnya memiliki imbauan yang dan nilai tertentu. Disitulah letak keunikan hakikat sastra anak.yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman perilaku dalam alam kehidupannya.
Berdasarkan hakikat sastra anak seperti uraikian diatas, dapatlah di indentifikasi ciri-ciri sastra anak itu, Sarumpaet (1976) mengemukakan tiga ciri pembeda sastra nak dengan sastra orang dewasa,yaitu unsur pantangan, (2) penyajian dengan gaya secara langsung,dan (3) fungsi terapan.
Unsur pantangan adalah unsur secara khusus berkaitan dengan tema dan alamat. Secara umum, sastra anak pantang akan persoalan yang berkaitan dengan seks, cinta yang erotis dendam yang menimbulkan kebencian, kekerasan, prasangka buruk, kelicikan yang jahat dan masalah maut. Jika ada hal buruk dalam kehidupan yang diangkat dalam satra anak. Misalnya kemiskinan, kekejaman ibu tiri atau perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis biasaanya amantnya lebih disederhankan dengan akhir cerita yang menemui kebahagian atau keindahan, misal cerita putri salju. Cinderella, bawang merah dan bawang putih, dan putri angsa.
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan paparan secara singkat dan langsung menuju sasarannya, menggetahkan gerak yang dinamis dan jelas sebab-sebabnya. Paparan itu diselingi dengan dialog yang wajar, padu dan hidup. Melalui pengisahan dan dialog terwujud dengan amat jelas suasana yang tersaji pada perilaku tokoh-tokohnya, baik sifat dan peran, maupun fungsinya dalam cerita. Sifat hitam putih tokoh-tokohnya biasanya digambar secara jelas artinya, setiap tokoh yang hadir hanya mengembankan satu sifat utama,yaiutu baik dan buruk.
Fungsi terapan adalah bahwa sajian ceritanya harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat bagi pengatahuan umum. Keterampialn khusus ataupun pertumbuahn bagi anak. Fungsinya terapan dalam karya sastra anak itu ditunkukkan oleh unsur-unsur intrinsic yang ada dalam teks karya sastra anak itu sendiri. Misalnya, cerita pertualangan Sinbad memberi informasi tentang tokoh asing. Keasingan itu merupakan bahan inforamasi sinbad berasal dari persia. Selain memberikan informasi berupa kata atau nama tokoh, pengetahuan anak akan bertambah luas misalnya mengenal negeri dan apa yang terkenal dinegeri temapt asal kata tau tokoh itu
.
D.       MEMILIH KARYA SATRA ANAK
Sebelum kita memasuki pokok pembicaraan seperti tertulis diatas, terlebih dulu diketahui bentuk-bentuk sastra anak. Anda pasti ingat akan bentuk sastra. Secara umum, ada tiga bentuk sastra, yaitu prosa,puisi, dan drama. Bentuk sastra anak pun seperti itu yaitu, prosa anak, puisi anak, dan drama anak.
Puisi dan prosa anak banyak ditulis, sedangkan drama anak kurang mendapat perhatian. Ini tidak berarti drama anak tidak ada. Drama anak ada, tapi jumlahnya tidak sebanyak puisi dan prosa anak.
Dewasa ini prosa dan puisi anak banyak ditulis oleh anak dan dimuat dalam majalah anak-anak atau dalam lembar khusus anak-anak yang diusahakan oleh harian-harian tertentu di Jakarta ataupun daerah-daerah. Ini merupakan hal yang posotif bagi perkembangan sastra anak ditanah air dan sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan, terutama bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra disekolah .
Sekarang kita beralih membicarakan fungsi sastra anak. Dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pada pendidikan pada satra anak memberi banyak informasi tentang suatu hal, pengetahuan kreativitas atau keterampilan anak dan juga memberi pendidikan moral atau budi pekerti pada anak. Selain itu, sastra anak juga berfungsi membentuk kepribadian dan menuntun kecerdesaan emosional anak. Perkembangan emosi anak akan terbentuk melalui kegiatan membaca untuk menikmati karya satra .karya saastra anak bermanfaat untuk membentuk keperibadian anak, menyeimbangkan secara wajar emosi anak, menanamkan konsep diri dan harga diri, mendorong anak menemukan kemampuannya yang realistis, membekali anak untuk memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta membentuk sifat-sifat kemanusiaan pada diri anak, misalnya sifat yang ingin dihargai, ingin mendapat cinta kasih yang tulus, ingin menikmati keindahan dan ingin memperoleh kebahagiaan. Fungsi hiburan pada sastra anak memberi kesenangan, kenikamtan dan kepusaan pada anak. Coba perhatikan, betapa senangnya sisiwa anda ketika anda membacakan sebuah cerita atau puisi untuk mereka.
Sekarang kita sampai pada pembicaraan tentang memilih karya sastra anak untuk keperluan pembelajaran apresiasi sastra. Bagaimana caranya agar efektif dan menarik? Salah satu cara yang dapat anda tempuh adalah menyiapkan bahan pembelajaran yang baik. Untuk dapat memilih bahan yang baik, anda perlu mengetahui perbedaan antara bahan yang baik dak yang tidak baik untuk dapat membedakannya dibutuhkan kreteria tertentu sebagai tolak ukurnya.
Dalam memilih bahan pembelajaran apresiasi sastra, guru harus menggunakan kriteria  keterbacaan dan kesesuaian. Kriteria keterbacaan berkaitan dengan mudah sukarnya suatu karya sastra dibaca dan dipahami oleh siswa. Sedangkan kriteria keseuaian berhubungan dengan sesuia tidaknya bahan pembelajaran dengan karakteristik siswa sebagai penerima pesan pembelajaran. Selanjutnya, ikutilah pembicaraan tentang penggunaan kedua kriteria itu dalam pemilihan bahan pembelajaraan apresiasi prosa anak, puisi anak dan drama anak.

1.      Pemilihan Bahasa Pembelajaran Apresiasi Prosa
a.    kriteria keterbacaan yang digunakan dalam pemilihan bahan pembelajran prosa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
1)   Kejelasan bahasa
Prosa yang dipilih harus menggunakan bahasa yang sederhana, lugas kalimatnya pendek-pendek, tidak rumit sehingga memudahkan siswa menangkap isinya. Kata-kata yang digunakan bermakna lugas.kejelasan bahasa memungkinkan siswa mudah menemukan unsur-unsur yang bangun sebuah prosa.
2)   Kejelasan tema
Prosa yang dipilih harus mempunyai tema yang terbuka artinya, tema dapat ditemukan dengan langsung oleh siswa.
a)   Kesederhanaan Plot
Prosa yang dipilih harus mempunyai plot maju maksudnya, rangkaian peristiwa yang membentuk  isi cerita dengan plot maju memungkinkan siswa menangkap isinya dengan mudah.
b)   Kejelasan Perwatakan
Perawastan tokoh-tokoh dalam cerita yang di pilih harus terdeskripsi secacara sederhana sehingga siswa dapat dan mudah mengenali tokoh-tokoh itu.dengan demikian, pesan yang terkandung dalam cerita itu pun mudah di tangkap oleh siswa.
c)   Kesederhanaan Latar
Later atau setting dalam cerita yang di pilih harus tidak berbeda jauh dengan lingkungan tempat tinggal siswa sehingga mereka merasa akrab dengan suasana dalam cerita itu.
d)  Kejelasan Pusat Pengisahan
Pusat pengisahaan dalam ceriita yang di pilih harus konsisten: artinya, jangan terlalu banyak terjadi pergantian fokus. Seringnya terjadi pergantian focus akan menylitkan siswa mengikuti jalan ceritanya.

b.    Kreteria, Kesuaian Berkaitan Dengan Kateristik Anak
Agar pembelajaran apresiasi sastra bermakna bagi siswa, pemilihan bahan pembelajarannya harus di dasarkan pada karakteristik anak, sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya. Di samping itu, kandungan morol dalam cerita yang di pilih juga harus di pertimbangkan kelayakannya. Seperti telah diuraikan di muka, anak-anak SD berusia 6-13 tahun. Sesuai dengan. tingkat perkembangan jiwanya, anak usia 6-9 tahun menyukai cerita sederhana tentang kehidupan sehari-hari, dongeng binatang, kisah-kisah yang lucu. Sedengkan anak yang berusia 9-12 tahun atau 13 tahun menyukai cerita yang melukiskan pahit getirnya hidup kekeluargaan yang di tulis secara realitis, juga menyenangi cerita yang fantastis ( science fiction ) dan kisah - kisah pertualangan.

2.  Pemilihan Bahasa Pembelajaran Apresiasi Puisi
a.    Kriteria keterbacaan dalam memilih puisi yang akan digiunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi berkaitan dengan sukar tidaknya bahasa yang digunakan dan sukar yang tidaknya bahasa yang diguanakan  dan sukar yang tidak menemukan pesan yang terkandung dalam puisi itu.bahasa yang digunakan  dalam puisi harus terjangkau oleh berbahasa anak. Artinya,sebagaian besar kata yang digunakan dalam puisi sudah dikenal anak. Disamping itu,susunan lirik puisi pun harus  diperhatikan.puisi yang berlarik panjang-panjang sebaiknya tidak dipilih.
b.    Kriteria kesuaian dalam memilih puisi yang akan digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi dirinci sebagai berikut;
1)   Sesuai Kelompok Usia Anak
Umumnya, anak-anak SD menyukai puisi yang mengandung kemerduan bunyi. Hal itu dapat anda lihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka senang melagukan puisi yang berisi permainan bunyi.
2)   Sesuai Dengan Lingkungan
Pembelajaran apresiasi puisi akan lebih efektif bila diawali dengan penyajian puisi yang memiliki suasana lingkungan yang akrab dengan siswa dengan demikian mereka akan merasakan bahwa puisi itu mereka kenal sehingga mudah membacanya.

3. Pemilihan Bahan Pembelajaran Apresiasi Drama
a.    kriteria keterbacaan dalam memilih drama yang akan digunakan dalam pembelajaran apresiasi drama dirinci sebagai berikut :
1)      Kelesan Bahasa (Dialog)     
Kata-kata yang digunakan dalam naskah drama yang dipilih merupakan kata-kata yang lugas sehingga siswa merasa akrabdengan dialog seperti itu. Dialog dalam naskah drama sebaiknya merupakan kalimat yang pendek-pendek agar siswa mudah mengingat dan mengepresiasikannya.
2)      Kejelasan Tema Dan Pesan
Tema drama yang dipilih harus tersaji secara lugas sehingga sisiwa dapat langsung mengenalinya dan menemukan pesan-pesan yang terkandung dalam naaskah drama.
3)      Kesederhanaan Alur (Babak)
Drama yang dipilih sebaiknya beralur maju dan tidak terlalu panjang sihingga tidak sering berganti babak. Terlalu berganti babak dapat memudarkan daya tangkap anak terhadap keutuhan lakon.

4)      Kejelasan Watak
Setiap tokoh dalam drama yang dipilih hendaknya memiliki 19 karakter yang jelas sehingga mudah dibedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya.

b.    Kriteria kesesuaian dalam memilih drama yang akan digunakan berkaitan dengan fase perkembangan anak sesuai dengan usia psiokologinya, drama yang dipilih harus sesuai dengan karateristik anak, yaitu sesuai dengan minat dan kemampuannya.


E.       MENGAPRESIASI KARYA SASTRA ANAK

Saudara mahasiswa, mengaoresiasi karya sastra anak dapat dilakukan secara reseptif dan secara sebagian besar kegiatan mengapresiasi karya sastra anak yang dilaksanakna disekolah bersifat reseftif, artinya lebih diarahkan kepada kemampuan memahami,menilai atau menikmati karya sastra anak berbagai teknik,seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Apresiasi reseftif dilakukan dengan cara mendengar atau menyimak cerita dan membaca mencerita. Mendengarkan cerita dapat dilakukan dengan cara mendengarkan cerita melalui kaset, melalui radio atau mendengarkan orang lain membacakannya, bercerita, atau orang lain bercerita.
Membaca cerita (buku) dapat anda lakukan dimana saja, sesuai dengan kesempatan (waktu) yang anda miliki. Buku-buku cerita yang anda baca juga sesuai dengan selera anda. Namun, untuk cerita anak-anak sebaiknya juga anda sesuaikan dengan kebutuhan putra-putri dan siswa-siswi anda.
Kegiatan apresiasi puisi secara reseptif dapat anda lakukan dengan cara mendengarkan pembacaan puisi oleh penyiar terkenal. Seperti rendra, taufik ismail, gunawan muhammad. Tidak hanya itu,anda juga dapat mendengarkan puisi yang dibacakan oleh siapa saja secara langsung atau melalui media kaset, radio, dan televise. Demikian anda dapat menilai dan membandigkan hasil pembacaan mereka.
Sebagaimana halnya apresiasi prosa, kegiatan yang kedua adalah membaca. Membaca puisi dapat dilakukan tanpa suara atau dalam hati jika tujuan hanya untuk memahami isi puisi. Akan tetapi tujuan mengapresiasikan pembacaan puisi yang baik, anda harus melakukan dengan suara nyaring dan melibatkan emosi yang memang  diperlakukan sesuai dengan kebutuhan puisi anda lakukan.
Sedangkan cara mengapresiasikan karya drama secara reseftif yang terbaik adalah dengan menonton pementasan drama, seperti yang anda lakukan melalui VCD drama anak-anak membohongi ibu.
Apresiasi produktif  merupakan kegiatan mengapresiasikan karya sastra anak secara produktif yang mengacu kepada (1) penciptaan karya sastra secara konkret (kreatif), dan (2) penciptaan kemnbali karya sastra (rekreatif) melalui teknik paraphrase, yaitu teknik ubah bentuk atau alih bentuk, misalnya;
1.    Menyusun hasil rangkuman berurutan kebawah,tiap kalimat pkok ditulis dalam satu baris;
2.    Carilah kata-kata yang mungkin masih dapat diganti dengan kata-kata yang lebih pendek,tetapi maknanya lebih mengena;
3.    Usahakan agar setiap akhir baris atau susunan kata berima dam bersajak.

Sekarang, bacalah cerita dibawah ini yang akan dialih bentukkan menjadi puisi!
KENA GETAHNYA
Oleh : YADANTO

Si kancil sudah memperingatikan si kera agar tidak mencuri mentimun disawah pak tani.
“kasihan pak tani,”kata kancil
Untuk satu hari kera dan kawan-kawannya berusaha menahan diri,tetapi pada hari berikutnya mereka kembali menyerbu sawah pak tani.
“ah, kebetulan pak tani ada di sawah. Akan kulaporkan kelakuan keran dan kawan-kawannya itu ’’kata sikancil dalam hati. ”Selamat siang,pak tani! Sapa sikancil dengan sopan. Petani tiu diam saja, karena yang disapa oleh sikancil hanyalah orang-orangan. Si kancil pernah melihat pak tani bersalaman dengan orang lain. Itu sopan santun.’’pak tani mungkin menganggap aku tidak sopan sehingga ia diam saja kutegur,’’ pikir sikancil. Ia kemudian mengangkat kaki. Depannya untuk menyalami orangan-orangan yang dikiranya pak tani itu. Apa yang terjadi? begitu menyentuh orang-orangan itu, kaki sikancil tidak dapat dilepaskan lagi. Ia terkena jerat yang sengaja dipasang oleh pak tani. Si kancil baru menyadari bahwa ia terkena jerat. Maksud hati berbuat baik, apa daya terkena getahnya.
‘’ini rupanya yang merusak mentimuku! Kujadikan  sate  engkau!’’ kata pak tani yang sejak tadi sembunyi didanau.
‘’ampun, pak!” kata sikancil’’ si kera yang merusak ladang bapak, bukan aku.’’
‘’binatang lain bisa kamu tipu. Manusia tidak akan bisa ditipu oleh bintang kecil sepertimu. Kamu akan kujadikan gulai. Ekormu kubuat sup. Tentunya lezat sekali,’’ kata pak tani sambil mengikat kaki si kancil, kemudian membawanya pulang.
Sementara pak tani pergi membeli bumbu gulai, si kancil dikurung dibelakang rumah. Sedih hati kancil saat itu. Begitu sedihnya ia sehingga menitikan air mata. Pada saat itu lah kera si pencuri mentimun kebetulan lewat dirumah pak tani. Ia tertegun melihat sikancil berada dalam kurungan. ’’mengapa kamu dikurung, cil? Mengapa pula kamu menangis? kamu sedih, iya? tanya si kera. “ah, kata siapa aku sedih? Aku menangis karena bahagia.” Bahagia?” Betapa tidak nanti siang aku akan dikawin kan dengan anak paktani yang cantik. Aku akan diberikan ladang mentimun. Hidupku kenyang sepanjang masa.” Seharusnya saya yang jadi minantu paktani ; kata sikera merasa iri. “omong kosong,” kata sikancil.” Buktinya pak tani memilih aku.” Paktani pernah berjanji kepadaku. Keluarlah kau dari dalam kerungan itu.” kata kera sambil membuka kurungan itu.”Kalau kamu memaksa ya terserah,” kata sikancil. “enyahlah dari tepat ini! Hardik kera sambil membayangkan dirinya akan dijadikan pengantin.”Bodoh betul sikera, “bisik sikancil sambil pergi meninggalkan rumah paktani. Iya kembali kedalam hutan.
Beberapa hari kemudian sikancil mendengar berita tentang kera yang kehilangan ekornya. Agaknya paktani memotong ekor kera untuk melampiaskan kekesalannya.

(dikutipkan dari taringan,dkk.,2001)

Adapun puisi hasil pengalih bentukan cerita diatas adalah sebagi berikut :
KENA GETAHNYA
Kancil menegur kera
Yang kerap mencuri mentimun
Menimbulkan marah paktani.

Segera dipasang perangkap
Manusia buatan
Serupa dirinya.

Kancil terperdaya
Masuk dalam kerungan.

Kera mendekat
Kancil berpura pura
Gembira bercerita
Akan kawin dengan anak paktani.

Kera terpedaya
Kerungan digantikan nya

Sekarang kita bicarakan para ferase prosa menjadi  drama. Untuk itu, bacalah terlebih dahulu cerita anak dibawah ini

Penyesalan rio
Oleh:mien rumini

Bi, maafkan aku, iya! “ pinta adikku ketika aku dan bibi menengok nya dirumah sakit,” kamu jangan mikir yang bukan bukan, bibi sangat sayang kepada mu. Tenanglah kamu biar cepat sembuh, iya! “kata bibi sambil mengusap usap kepala rio, “ iya, bi. Tapi bibi memaafkan aku, kan? “
Tentu, rio. Tanpa kamu minta, kau telah ku maafkan, “kata bibi lagi. Adikku memang penah marah pada bibiku.ini terjadi karena berbeda pendapat tentang kucing. Bibi ingin kucing itu tidak biasakan menggelandang bebas didalam rumah, karena rumah menjadi kotor. Adik ku berbeda lagi, ia ingin kucing itu selalu bersamanya. Bermain, tidur, dan diberi makan di dalam rumah.
Suatu hari si kucing membuat bibi merasa jengkel kucing itu mengangkat ayam bakar dari atas meja bakar. Padahal makan itu telah tertutup tudung saji. Bibi membawa sapu lidi, mengempruk kucing supaya tidak ke rumah lagi. Bibi di marahi ibu, karena di anggap ceroboh. Bibi juga di marahi adik ku karena karena mengempruk-ngempruk kucing dengan sapu lidi, bahkan sampai berani mengusirnya. Bibi tak boleh nakal sama kucing. Kalau tidak suka kucing, bibi jangan tinggal di sini? Pulang sana kekampung? bibi hanya diam, dan pergi melanjutkan pekerjaan rumahnya, membuat taplak meja dengan sulaman.
Bibiku memang dari kampung.dia adik perempuan ayahku. Disini ia sedang bersekolah di sekolah kepandaian putri, setingkat smu. Di mataku, bibi sangat cekatan dan terampil. Walaupun di rumah ini ada pembantu, namun bibi mengerjakan urusan-urusan bersih-bersih dan memasak. Disela-sela kesibukannya bibi masih sempat menjahitkan baju-baju temannya. Bibi biasanya tidak mendapat uang dari menjahit ini, tetapi temannya membelikan kain secukup ukuran tubuh bibi. Jadi, jika bibi menjahit baju temannya, bibi pun punya sebuah baju baru.
Selain itu, bibi masih punya tugas menjaga dan mengurus aku sejak masih kecil.ibu ku harus menjaga bayi, si rio itu, umurku memang hanya terpaut 13 bulan dengan nya. Namun, entah mengapa, semua perbuatan bibi  itu tidak membuat  ibu dan bapakku menyayainginya.
Suatu ketika si kucing berulah lagi, kucing adik ku berak di dalam rumah. Mulai dari kamar rio sampai ke koridor penuh gundukan-gundukan kecil yang sangat menjijikan. Baunya memenuhi seluruh rumah ku.
Yang kebagian membersikan, siapa lagi kalau bukan bibi. Sore begini pembantu sudah pulang. Dengan menggunakan kantong pelastik bening di tangan dan sobekan kertas koran, bibi menbersihkan kotoran itu setelah kotorannya hilang, bibi mengepelnya. Air pelnya di campur lisol agar baunya cepat hilang katanya. Aku merasa kasihan sekali pada bibi, lebih-lebih setelah itu bibi muntah-muntah di kamar mandi. Tetapi kejadian itu tidak membuat adik ku jera. Ia tetap saja membawa kucingnya kedalam rumah. Sampai akhirnya ia sakit sesak napas. Kata dokter, “jangan dekat-dekat yang berdebu dan berbulu… kucing “. Itu lah sebabnya ia minta maaf pada bibi rupanya ia sadar bahwa bibi benar.
( dikutip dari tarigan, dkk., 2001).

Dapatkah anda menceritakan kembali cerita itu dengan singkat? Pasti dapat! Bagus mari kita buat ringkasannya.
Cerita itu mengisakan kisah seorang ank laki-laki bernama rio. Ia sangat menyukai kucing untuk kesukaanya itu ia sampai harus memarahi bibinya karena bibinya menginginkan kucingnya tidak menggelandang di dalam rumah. Menurut bibi jika kucing dibiarkan seperti itu, akan mengotori rumah. Suatu hari ketika kucing mencuri ayam bakar. Selain itu, kucing juga berak di dalam rumah bibi dimarahi adik dan ibu akhirnya si adik sadar, bibi benar. Hal ini terjadi karena dokter mengatakan bahwa adik jangan dekat-dekat debu dan kucing.
Secar garis besar, begitu lah synopsis cerita penyesalan rio itu. Anda pun dapat membuat synopsis dengan gaya anda sendiri.
Sekarang, mari kita lihat, dimana cerita itu terjadi! Ia, di rumah sakit dan di rumah. Dengan demikian cerita dapat di jadikan dua babak, babak pertama dirumah sakit dan babak kedua di rumah.
Selanjutnya, siapa saja tokoh-tokoh yang ada dalam cerita itu? ia, rio, aku, bibi, ibu, dan ayah. Dalam cerita, tokoh ibu dan ayah tidak begitu kelilhatan geraknya. Didalam derama perlu digerakan agar lebih hidup.selain itu, agar cerita lebih hidup, anda dapat menampilkan tokoh perawat dan dokter. Dari tokoh-tokoh itu, siapa yang berperan sebagai protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh-tokoh pembantu lainya?
Masih ingat dengan istilah protagonis, antagonis, dan tritagonis? protagonis adalah tokoh pembawa ide kebaikan, antagonis adalah yang menentang keterlaksanaanya ide kebaikan dari protagonis, dan tritagonis yang menengahi pertentangan kedua tokoh itu. Tokoh-tokoh lain yang menambah ramainya pertentangan dan tidak terlalu berperan digolongkan sebagai pembantu.
Di dalam ceita tadi, rio adalah tokoh antagonis sebab memiliki watak yang kurang baik. Ia membiarkan kucingnya mengotori rumah, memari dan mengusir bibinya. Dimana posisi aku cerita? ia menempati cerita posisi tritagonis. Posisi ini dapat lebih ditonjolkan dalam derama, misalnya dengan cara menyajikan dialog antara aku dan rio. Isinya aku mengingatkan rio agar jangan terlalu galak kepada bibinya.
Siapa yang berperan sebagai tokoh protagonisnya? Ia sibibi, bukan? Lalu, bagaiman dengan siibu dan bapak, dalam derama dapat dihadirkan sebagai tokoh yang menambah tajam konflik darama daengan cara memarahi bibi.
Itulah tokoh dan pranannya yang digambarkan dalam cerita tadi.kita dapat langsung menggunkanya kedalam drama atau memodifikasinya lebih dulu.begitu pula halnya dwengan bapak yang telah di sebutkan di atas.babak dapat disusun, seperti babak satu terjadi di rumah dan babak dua di rumah sakit.itu jika bercerita di ubah menjadi beralur maju.dapat pula terjadi. Dari tiga babak: babak satu di rumah sakit, babak dua di rumah, dan babak tiga di rumah sakit kembali.
Nah, sekrang kita tetapkan, drama yang kita buat berdasakan cerita penyesalan rio tadi terdiri tiga babak dan ini hasilnya.

PENYESALAN RIO
para pemain :
ü Rio
ü Raka (Aku Dalam Cerita)
ü Ibu
ü Ayah

Babak 1
     Di sebuah ruangan di rumah sakit tampak rio tidur di tempat tidur yang bersepray warna putih.selimut yang di pakainya berwarna hijau berbunga-bunga besar warna putih.di sebelah kiri atas tempat tidur ada meja kecil yang berhias bunga di sebelah kanan atas tempat tidur terdapat sebuah meja kecil, di atasnya tampak sekeranjang buah-buahan.penyekat ruang adalah kain berwarna hijau muda.rio terbaring di tempat tidur.di sampingnya berdiri seorang perawat yang baru saja selesai mengukur suhu tubuh rio.dari pintu, masuk bibi dan raka membawa bungkusan buat rio.
Bibi          : Hai… rio! Bagaimana, sudah makin baik”(tangannya mengusap tangan rio).
Rio           : Lumayan, bi.”
Raka           : wah, kamu keliatan sudah sehat. Sebentar lagi bisa pulang, iya?nih, kakak bawakan sankis buat kamu! “( raka menuju meja, menyimpan bawaannya)”
Rio           : Iya, terimakasih. “(kepada bibi memelas)” bi maafkan rio iya!”
Bibi          : “Lo, memangnya kenapa? Sudah, kamu jangan punya pikiran yang bukan-bukan, biar lekas sembuh!”
Rio           : “Iya bi, tapi bibi memaafkan rio, kan?”
Bibi          :“Bibi sangat saying kepadamu rio. Sebelum kau minta, nini sudah memaafkan mu.”
Raka        : “Bagaimana? Apa sekarang masih akan tidur dengan kucing?”
Rio           : “No way!” (sambil menggerakkan telapak tangannya, menyatakan tidak).
Raka        : “Bagus. Kamu memang anak baik.”
Bibi          : (tersenyum memandang dua kaka beradik itu dengan penuh sayang).
Raka        : “ Kucing mu boleh tetap di pelihara, asalakan tidak diajak bermain di dalam dan di ajak tidur.”
Rio           : “ Walaupun aku tetap sayang sama kucing tapi sekarang kucing ku harus tidur di rumah-rumahannya dan bibi tak usah segan mengepruknya keluar, jika kucing itu masuk rumah kita.” (memandang ke aranh bibi).
Bibi          : “Iya, sayang! Sekarang, rio tidur, iya! Bibi dan raka harus segera pulang supaya tidak kemalaman.” (mengusap kepala rio).
Raka        : “ Ayo, “ (tanganya melakukan salam tepuk dengan adiknya) “ kakak pulang dulu, iya.”
Rio           : “ Iya,…! Terimakasih, bi, kak.”

Babak 2
     Di sebuah ruang tengah, seorang ayah dan seorang ibu sedang duduk beristirahat. Ayah tampak sedang membaca koran. Di atas meja terhidang teh hangat dan kue dalam toples.
Ayah        : “ Bagaiman belajarnya anak-anak, bu? “
Ibu           : “Bagus, pak. Malah sekarang mereka juga sedang….” ( tiba-tiba rio dating menghampiri orang tuanya sambil mengelus seekor kucing yang di gendongnya).
Rio           : “ Bibi nakal bu. Kucing rio selalu di pukul sapu lidi dan tak boleh kedalam ,”
Ayah        : (melihat kearah bibi, mengerakkan tangan). “ ada apa lagi, hah? Sudah, kesana!”( mengibaskan tangannya).
Bibi          : “ Kak kucing itu berak mengotori rumah ini.”
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1)        Dalam kamus besar bahasa Indonesia(1993) kata apresiasi sebagai tema dasar diberi arti (1) Kesadaran tehadap nilai-nilai seni dan budaya; (2) Penilain(penghargaan)terhadap sesuatu; (3) Kenaikan nilai barang karena harga pasanya naik atau permintaan akan barang itu bertambah. Dalam ensiklopedi indonesia (1980) dijelaskan sastra adalah sikap menghargai sastra  berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya.badudu dan zain (1996) menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah pemahaman,penghargaan,dan penilain yang positif terhadap karya sastra. Sudjiman (1990) memaknai apresiasi sastra sebagai penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan pada pemahaman. Sementar itu,zaidan (1994) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil penilaian,pemahaman, penafsiran,penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra iu.
2)        Mempelajari sastra bermanfaat secara estetis, pendidikan kepekaan batin dan sosial, menambah wawasan, pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
B.     Saran
Setiap manusia tidaklah luput dari kesalahan. Sebagai pembaca yang budiman, harap memaklumi jika dalam karya yang berbentuk makalah ini terdapat kesalahan baik tulisan, ejaan dan sebagainya.











DAFTAR PUSTAKA


Rusdiana, dkk.      . Bahasa dan Satra Indonesia SD.                    : Universitas Terbuka.