BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris
"apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk
itu berasal dari kata kerja "ti appreciate" yang berarti menghargai,
menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian,
dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau
suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap cipta sastra.
Di sekolah dasar, pembelajaran sastra
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra.
Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi
pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni pencarian
kesenangan pada buku, menginterprestasikan bacaan sastra, mengembangkan
kesadaran bersastra, dan mengembangkan apresiasi.
Pembelajaran sastra di SD adalah
pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus
dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan
anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah
imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat
menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan
alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa.
Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi,
dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan
kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu
sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, sastra anak yang
mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia,dan sastra anak yang
menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya,
sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk
kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra
anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan
imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi
anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau
senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga
menuntun kecerdasan emosinya.
B. Rumusan Masalah
1)
Apakah definisi
apresiasi sastra?
2)
Apakah tujuan dan
manfaat apresiasi sastra?
C. Tujuan
1)
Untuk mengetahui definisi apresiasi sastra.
2)
Untuk tujuan dan manfaat apresiasi sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Sebagai guru tentu anda pernah
mendengar atau membaca istilah apresiasi yang diucapkan atau ditulis orang dalam
berbagai kesempatan.kata apresiasi diserap dari bahasa inggris appreciaton.
Dalam bahasa inggris, kata itu merupakan kata benda yang dibentuk dari kata
kerja to appreciate. Dalam bahasa asalnya, appreciation value, berarti
understanding of the nature and quality of something, intelligent
enjoyment,gratitude, an increase in moneya critcil estimate or judgment(cayne
1990). Dalam kamus besar bahasa
Indonesia(1993)kata
apresiasi sebagai tema dasar diberi arti :
(1)
Kesadaran
tehadap nilai-nilai seni dan budaya;
(2)
Penilain(penghargaan)terhadap
sesuatu;
(3)
Kenaikan
nilai barang karena harga pasanya naik atau permintaan akan barang itu
bertambah.
Badudu dan zain (1996) memaknai kata
apresiasi,seperti (1) penghargaan; (2) pengertian, pemahaman; (3) penilain, penafsiran. Saudara,makna kata
apresiasi, seperti dijelaskan di atas merupakan makna leksikal, sedangkan dalam
kaitannya dengan istilah apresiasi sastra ada beberapa pendapat yang perlu anda
perhatikan.marilah kita ikuti pendapat-pendapat itu!. Dalam ensiklopedi
indonesia (1980) dijelaskan sastra adalah sikap menghargai sastra berdasarkan pengertian tepat tentang
nilainya.badudu dan zain (1996) menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah
pemahaman,penghargaan,dan penilain yang positif terhadap karya sastra. Sudjiman
(1990) memaknai apresiasi sastra sebagai penghargaan terhadap karya sastra yang
didasarkan pada pemahaman. Sementar itu,zaidan (1994) menyatakan bahwa
apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil
penilaian,pemahaman, penafsiran,penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh
kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra iu.
Effendi (1982) mendefinisikan pengertian apresiasi sastra sebagai kegiatan
menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran
kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap karya
sastra.
Sejalan dengan rumusan-rumusan di
atas, dapatlah dibuat
definisi pengertian apresiasi sastra anak.
Apresiasi sastra anak adalah sebagai berikut :
1) Sikap
menghargai sastra anak berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya;
2) Pemahaman, penghargaan, dan
penilaian yang positif terhadap karya sastra anak;
3) Penghargaan
terhadap karya sastra anak yang didasarkan pada pemahaman;
4) Penghargaan
atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman penafsiran,
penghayatan, dan
penikmatan yang didukunng oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang
terkandung didalamnya;
5) Kegiatan menggauli karya
sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis dan
kepkaan perasaan yang baik terhadapnya.
Setelah membaca uraian diatas, akam
timbul pertanyaan dalam hati anda mengapa
pembelajaran uraian diatas, akan
timbul pertanyaan dalam hati anda. Mengapa pembelajaran apresiasi sastra perlu
dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh sejak sekolah dasar?.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa salah satu faktor yang diperlukan
dalam mengapresiasi sastra adalah kemampuan membaca. Seyogyanya pembelajaran
apresiasi sastra dipandang sebagai salah satu usaha menumbuhkan kembangkan
minat dan kegemaran membaca pada anak sekolah dasar. Pembiasaan membaca
disekolah melalui pembelajaran apresiasi sastra akan membuat siswa memiliki
kebiasaan membaca. Kebiasaaan
yang diciptakan seperti ini pada tahap selanjutnya dapat menjadi kebutuhan bagi
anak-anak kita, terutama sebagai generasi penerus bangsa indonesia dengan
banyak membaca terbukalah kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak-anak kita,
untuk maju seirama dnegan pesatnya laju kehidupan manusia pada era
globalisasisekarang ini. Selain
itu apresiasi anak sangat bermanfaat bagi anak dan bagi anda sebagai guru.
Mempelajari apresiasi sastra
bermanfaat secara estesis, pendidikan
kepekaan batin dan sosial, menambah wawasan, pengembangan,
kejiwaan atau kepribadian. Berikut ini
manfaat dari sastra adalah sebagai berikut:
1) Manfaat
estetis adalah manfaat tentang keindahan yang melekat pada sastra anak. Ada nilai keindahan yang
terpancar dalam sastra anak, yaitu
keindahan seni merangkai kata atau menyusun bahasa. Manfaat estesis mampu
memberi hiburan, kepuasaan, kenikmatan dan kebahagiaan batin
ketika suatu karya sastra dibaca atau didengar.
2) Manfaat
pendidikan pada
apresiasi sastra anak adalah memberi sebagai informasi tentang proses
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalu kegiatan pembelajaran dan latihan. Berbagai ajaran kehidupan
lahir dan batin dapat dipetik melalui kegiatan mengapresiasi sastra.
3) Manfaat
kepekaan batin atau social dalam
mengapresiasi sastra anak merupakan upaya untuk selalu mengasah batin agar mudah
tersentuh oleh hal-hal yang bersifat batiniah atau pun sosial.
4) Manfaat
menambah wawasan dalam
mengapresiasi sastra anak adalah memberi tambahan informasi, pengaetahuan, pengalaman hidup dan
pandang tentang kehidupan.
5) Manfaat
pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari sastra anak adalah mampu menghaluskan
budi pekerti apresiator dari banyak membaca karya sastra tentu anak banyak memperoleh
informasi yang berkaitan dengan ajaran
budi pekerti yang apa bila dilaksankan dapat membuat anak (pembaca) memiliki kepribadian
baik, budi
pekerti yang saleh dan luhur.
B.
TINGKAT
APRESIASI SASTRA
Sebelum mempelajari tingkat
apresiasi sastra, ada
baiknya anda mengetahui terlebih dahulu bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan anda dalam mengapresiasi sastra. Kegiatan yang dimaksud adalah
kegiatan apresiasi langsung, apresiasi
tidak langsung, pendokumentasian karya
sastra, dan
kegiatan kreatif.
1)
Kegiatan
Apresiasi Langsung
Kegiatan ini dilakukan secara sadar
oleh seseorang untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan dari karya
satra anak yang diapresiasi.nilai kenikmatan sastra anak dapat memberi suatu
yang menyenangkan,menghibur,dan memberi kepuasaan.nilai kehikmatan sastra dapat
memberi pelajaran,amanat dan nasihat tenatng kehidupan.kegiatan apresiasi
langsung meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut;
a. Membaca
Sastra Anak
Kegiatan
ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh sesuatu yang
terkandung dalam sastra anak yaitu nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan
anak. Nilai-nilai itu memberi
arahan tentang perilaku, pandangan
hidup dan
cara menyikapinya sesutau dalam menghadapi kehidupan
b. Mendengar
Sastra Anak
Kegiatan
ini dapat berupa mendengarkan pembaca suatu karya sastra. Kegiatan ini memerlukan
ketajaman pikiran dan perasaan guna menyimak karya sastra yang didengarkan.
c. Menonton
Pementasan Sastar Anak
Kegiatan
ini dapat berupa menonton pembacaan puisi, cerpen atau pementasan
drama. Kegiatan menonton ini
tidak terbatas pada pementasan panggung saja, melainkan juga menonton
lewat televisi atau film bioskop.
2)
Kegiatan
Apresiasi Tidak Anak Langsung
Kegiatan apresiasi tidak langsung
merupakan kegiatan apresiasi yang dapat menunjang pemahaman seseorang terhadap
karya sastra anak. Kegiatannya
berupa kegiatan mempelajari teori
sastra, sejarah
sastra, dan
kritik sastra. Mempelajari
teori sastra dikatakan apresiasi tidak langsung sebab yang di pelajari bukan
karya sastra konkret, melainkan
teori dan konsep tentang sastra. Teori sastra sebaliknya di pelajari oleh orang
dewasa, terutama sekali untuk guru sebagai penambah wawasan tentang sastra,
sedangkan untuk siswa sebaliknya anda sajikan apresiasi sastra secara langsung,
yaitu anak langsung membaca karya sastra, mendengarkan pembacaan karya sastra,
dan menonton pementasan karya sastra.
Mempelajari
sejarah sastra dapat memperluas wawasan kita yang memang diperlukan agar
mengetahui bagaimana perkembangan sastra
di suatu wilayah atau negara, perkembangan sastra dari satu dekade ke dekade
berikutnya, dari satu angkatan dari satu angkatan selanjutnya, dan dari satu
aliran ke aliran lainnya.hal yang di kaji dalam sejarah sastra adalah konsep-konsep
dasar angkatan, sejarah aliran sastra,
perkembangan jenis-jenis sastra dari berbagai segi, dan ciri-ciri, struktur dan isi karya
sastra setiap angkatan.
Demikian
pula halnya jika anda mempelajari kritik sastra karena kritik sastra berkaitan
dengan penelaahan karangan di tinjau dari segi-segi tertentu karya sastra.
Bentuknya dapat berupa artikel dalam surat kabar atau majalah, buku esai atau
antologi esai. Mempelajari kritik sastra dapat memperluas wawasan kita guna
melihat bagaimana cara orang lain memberi pertimbangan baik dan buruk terhadap
suatu karya sastra.
3)
Pendokumentasian
Karya Sastra
Pendokumentasian
karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut
melestarikan keberadaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau penghargaan
terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikannya itu di lihat dari segi fisiknya, yaitu ikut
memelihara karya sastra, menyediakan data untuk orang yang memerlukannya, dan
menyelamatkan karya sastra dari kepunahan. Kegiatan pendokumentasian sastra,
meliputi pengumpulan dan penyusunan semua data karya sastra yang berupa artikel
atau karangan berupa surat kabar, majalah, makalah, skripsi, tesis, disertasi
ataupun buku-buku sastra. Untuk
latihan kegiatan dokumentasi bagi siswa, guru dapat menugasi mereka membuat
kliping puisi atau cerita anak di gunting di koran atau majalah.
4)
Kegiatan
Kreatif
Kegiatan ini dapat berupa kegiatan
belajar menulis karya sastra, misalnya puisi, prosa atau drama. Hasilnya dapat
dimuatkan dalam majalah dinding, buletin osis, majalah sekolah, surat kabar
atau majalah tertentu. Kegiatan kreatif
juga dapat dilaksanakan secara rekreatif, misalnya menceritakan kembali
karya sastra yang di dengar, di baca, atau
di nonton. Atau mengubah bentuk puisi menjadi prosa dan sebaliknya.
Sekarang kita sampai pada
pembahasan tingkat apresiasi sastra.memang, apresiasi seseorang terhadap karya
sastra anak tidak mungkin langsung tinggi, luas, dan lebih mendalam dari taraf yang randah
ke taraf yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih mendalam. Ini berarti,
kemampuan mengapresiasi sastra itu dapat
di tingkatkan, di perluas atau diperdalam. Caranya dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan, seperti telah di uraikan di muka.
Rusyana (1979) menyebutkan ada tiga
tingkat apresiasi sastra, yaitu sebagai berikut :
(1) Seseorang
mengalami pengalaman yang ada dalam karya sastra, ia terlibat secara emosional,
intelektual, dan imajinatif.
(2) Setelah
mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektualnya bekerja lebih giat
menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya; dan (3) ia menyadari
hubungan sastra dengan dunia diluarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya
dapat dilakukan lebih luas dam mendalam.pendapatan diatas dapat dijelaskan
seperti berikut;
Ada beberapa apresiasi tingkatan yaitu ;
a.
Apresiasi
tingkat I
Kegiatan
apresiasi seseorang didominasi oleh pergulatan emosinya dengan panduan daya intelektualnya. Pada tingkat ini
apresiator dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, kesedihan atau
kemarahan, sesuai
dengan aspek-aspek emosi yang terkandung dalam karya sastrra yang
diapresiasinya. Apresiator seolah-olah berada didalam cerita atau mengalami
sendiri kejadian-kejadian yang ada dalam cerita itu.
b.
Apresiasi
tingkat II
Pada
tingkat ini, selain
terjadi pengulat emosi, terjadi
pula pergulatan daya intelktualnya dengan
kuat untuk memahami unsur-unsur yang membentuk cerita itu.apresiasi yang berada
pada tingkat ini telah
dapat memanfaatkan pengetahuan tentang sastra yang telah dimilikinya melalui
kegiatan apresiasi tidak langsung dengan pengetahuan yang dimilikinya
apresiator dapat
melihat kelebihan. Dan
kelemahan karya sastra yang diaoresiasinya melalui unsur-unsur intrinsik sastra tersebut dengan demikian, apresiator dapat
menilai bagus tidaknya karya sastra itu.
c.
Apresiasi
tingkat III
Pada
tingkat ini, apresiator
menggunakan emosi, intelektual dan pengalaman hidupnya
dalam mengapresiasi karya sastra. Ia
menghubungkan pengalaman yang dalam cerita dengan pengalaman. Yang ada diluar cerita yang dibacanya dengan demikia, ia mendapatkan memberi
penilaian secara tepat kepada karya sastra yang diapresiasinya. Ia tidak hanya
menilai, melainkan
juga mengagumi pengaranya sebagai orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam
mengolah pengalamannya, tidak hanya segi bahasa, melainkan juga dari
segi isi melalui unsur-unsur sastra yang terkandung didalamnya sehingga menjadi
sautu karya yang berkualitas. Selain
pendapat diatas, ada
pula pendapat tentang tingkat apresiasi sastra yang kemukakan oleh P.Suparman (dimuat dalam tarigan, 2001). Menurut P.Suparman, ada 5 tingkat apresiasi
sastra, yaitu;
a. Tingkat
penikmatan, tindak
operasionalnya, membaca
karya sastra,mendengarkan pembacaan karya sastra,dan menonton pementasan karya
sastra.
b. Tingkat
penghargaan, tindak
operasionalnya, mendengarkan
atau membaca dengan baik, mengambil
suatu manfaat, merasakan
suatu pengaruh kedalam jiwa, mengalami.
c. Tingkat
pemahaman, tindak operasionalnya, meniliti unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, menganalisi dan
menyimpulkan.
d. Tingkat
penghayatan, tindak operasionalnya membuat analisi lanjut, mencari hakikat
arti materi denagn argumentasinya, memparafrase, menafsirkan dan menyusun pendapat
berdasarkan analisi yang sudah dilakukan.
e. Tingkat
implikasi, tindak
operasionalnya merasakan
manfaatnya, melahirkan
ide baru, mengamalkan
penemuan dan
mendayagunakan hasil apresiasi dalam mencapai nilai material, untuk kepentingan
sosial, politik dan budaya.
C.
SASTRA
ANAK
Sebelum
membicarakan sastra anak, perlu
dijelaskan pengertian anak di situ, sesuai dengan konteknya. Dalam kaitannya dengan istilah
sastra anak, yang
dimaksud dengan anak disitu adalah anak yang berusia 6-13 tahun, usia anak sekolah
dasar. Anda pasti tahu
bagaimana karateristik anak seusia itu. Menurut
ilmu jiwa perkembangan, anak
usia 6-9 tahun (kelas i-iii sd) menyukai
cerita sederhana tentang kehidupan sehari-hari, cerita bintang, dan cerita lucu. Sedangkan anak 9-13
tahun (kelas iv-vi sd) menyukai
cerita kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realitis, cerita fantastis, dan cerita petualangan. Dalam pemilihan bahan
pembelajaran apresiasikan sastra anak, karakterisktik
anak seperti itu harus anda gunakan sebagai kriterianya agar materi
pembelajaran yang anda tentukan bermakna bagi siswa.
Sekarang
kita lanjutakan pembahasan kita tentang
sastra anak. Secara
sederhana dapat
dikatakan bahwa sastra anak adalah karya seni yang imijinatif dengan unsur
estesisnya dominan, bermediumkan
bahasa lisan atau tertulis, secara
khusus dapat dipahami oleh anak, dan
berisi tentang dunia akrabi oleh anak. Berdasarkan sasaran dan penciptanya Sarumpaet (1976) menyatakan bahwa sastra
anak merupakan karya sastra anak merupakan karya sastra yang dikonsumsikan oleh
anak dan diurus dan dikerjakan oleh orang dewasa. Sastra anak ditulis oleh orang dewasa
untuk anak. Orang
dewasalah yang mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan
mendistribusikannya. Dirumah
atau pun disekolah. Orang dewasalah yang memilihkan, sering membacakannya
untuk anak.
Sebenarnya,
tidak semua sastra iru ditulis orang dewasa. Penulisan
sastra anak dapat pula dilakukan oleh anak sendiri, misalnya anak yang
berumur 10 atau 11 tahun
keatas telah dapat mengubah puisi atau cerita yang dimuat dalam majalah bobo
atau lembaran khusus yang disediakan oleh koran-koran pada hari-hari tertentu umumnya sastra nak
memang dituliskan oleh orang dewasa untuk anak.
Selain
sastra anak, istilah cerita anak
merupakan istilah umum untuk menyebut karya sastra anak yang berbentuk prosa, misalnya dongeng, legenda, mite yang dilolah
menjadi cerita anak. Adapula
istilah bacaan anak yang lebih menekan pada media cetak, bahasa tertulis bukan
bahasa lisan. Bacaan
anak tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat fantasi, melainkan juga pada
hal-hal yang bersifat pengetahuan dan keterampilan
khusus.
Sifat
dan hakikat sastra anak harus sesuia dengan dunia dan alam kehidupan yang khas
milik anak, bukan milik orang dewasa. Itu sebabnya sifat sastra anak lebih
menonjol unsur fantasi yang penuh dengan keserbamungkinan. Menurut anggapan anak, segala sesuatu, benda hidup atau benda
mati, berjiwa dan bernyawa seperti dirinya. Setiap
benda dianggapnya memiliki imbauan yang dan nilai tertentu. Disitulah letak keunikan
hakikat sastra anak.yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan
tertentu yang dianggap sebagai pedoman perilaku dalam alam kehidupannya.
Berdasarkan
hakikat sastra anak seperti uraikian diatas, dapatlah di indentifikasi
ciri-ciri sastra anak itu, Sarumpaet (1976) mengemukakan tiga ciri
pembeda sastra nak dengan
sastra orang dewasa,yaitu unsur pantangan, (2) penyajian dengan gaya
secara langsung,dan (3) fungsi
terapan.
Unsur
pantangan adalah unsur secara khusus berkaitan dengan tema dan alamat. Secara umum, sastra anak pantang
akan persoalan yang berkaitan dengan seks, cinta yang erotis
dendam yang menimbulkan kebencian, kekerasan, prasangka buruk, kelicikan yang jahat
dan masalah maut. Jika
ada hal buruk dalam kehidupan yang diangkat dalam satra anak. Misalnya kemiskinan, kekejaman ibu tiri atau
perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis biasaanya amantnya lebih
disederhankan dengan akhir cerita yang menemui kebahagian atau keindahan, misal cerita putri
salju. Cinderella, bawang merah dan bawang
putih, dan
putri angsa.
Penyajian
dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan paparan secara
singkat dan langsung menuju sasarannya, menggetahkan gerak yang dinamis
dan jelas sebab-sebabnya. Paparan
itu diselingi dengan
dialog yang wajar, padu dan hidup. Melalui pengisahan dan
dialog terwujud
dengan amat jelas suasana yang tersaji pada perilaku tokoh-tokohnya, baik sifat dan peran, maupun fungsinya dalam
cerita. Sifat hitam putih
tokoh-tokohnya biasanya digambar secara jelas artinya, setiap tokoh yang hadir
hanya mengembankan satu sifat utama,yaiutu baik dan buruk.
Fungsi
terapan adalah bahwa sajian ceritanya harus bersifat informatif dan mengandung
unsur-unsur yang bermanfaat bagi pengatahuan umum. Keterampialn khusus
ataupun pertumbuahn bagi anak. Fungsinya
terapan dalam karya sastra anak itu ditunkukkan oleh unsur-unsur intrinsic yang
ada dalam teks karya sastra anak itu sendiri. Misalnya, cerita pertualangan Sinbad memberi informasi
tentang tokoh asing. Keasingan
itu merupakan bahan inforamasi sinbad berasal dari persia. Selain memberikan
informasi berupa kata atau nama
tokoh, pengetahuan
anak akan bertambah luas misalnya mengenal negeri dan apa yang terkenal
dinegeri temapt asal kata tau tokoh
itu
.
D.
MEMILIH
KARYA SATRA ANAK
Sebelum
kita memasuki pokok pembicaraan seperti tertulis diatas, terlebih dulu diketahui
bentuk-bentuk sastra
anak. Anda pasti ingat akan bentuk
sastra. Secara umum, ada tiga bentuk sastra, yaitu prosa,puisi, dan drama. Bentuk sastra anak pun
seperti itu yaitu, prosa
anak, puisi
anak, dan
drama anak.
Puisi
dan prosa anak banyak ditulis, sedangkan
drama anak kurang mendapat perhatian. Ini
tidak berarti drama anak tidak ada. Drama
anak ada, tapi
jumlahnya tidak sebanyak puisi dan prosa anak.
Dewasa
ini prosa dan puisi anak banyak ditulis oleh anak dan dimuat dalam majalah
anak-anak atau dalam lembar khusus anak-anak yang diusahakan oleh harian-harian
tertentu di Jakarta
ataupun daerah-daerah. Ini
merupakan hal yang posotif bagi perkembangan sastra anak ditanah air dan sangat
bermanfaat bagi dunia pendidikan, terutama
bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran
apresiasi sastra disekolah .
Sekarang
kita beralih membicarakan fungsi sastra anak. Dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi
sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi
pada pendidikan pada satra
anak memberi banyak informasi tentang suatu hal, pengetahuan kreativitas atau
keterampilan anak dan
juga memberi pendidikan moral atau budi pekerti pada anak. Selain itu, sastra anak juga
berfungsi membentuk kepribadian dan menuntun kecerdesaan emosional anak. Perkembangan emosi anak
akan terbentuk melalui kegiatan membaca untuk menikmati karya satra .karya
saastra anak bermanfaat untuk membentuk keperibadian anak, menyeimbangkan secara
wajar emosi anak, menanamkan
konsep diri dan harga diri, mendorong
anak menemukan kemampuannya yang realistis, membekali anak untuk
memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta membentuk
sifat-sifat kemanusiaan pada diri anak, misalnya sifat yang
ingin dihargai, ingin
mendapat cinta kasih yang tulus, ingin
menikmati keindahan dan
ingin memperoleh kebahagiaan. Fungsi
hiburan pada sastra anak memberi kesenangan, kenikamtan dan kepusaan pada anak. Coba perhatikan, betapa
senangnya sisiwa anda ketika anda membacakan sebuah cerita atau puisi untuk
mereka.
Sekarang
kita sampai pada pembicaraan tentang memilih karya sastra anak untuk keperluan
pembelajaran apresiasi sastra. Bagaimana caranya agar efektif
dan menarik? Salah satu cara yang dapat anda tempuh adalah menyiapkan bahan
pembelajaran yang baik. Untuk
dapat memilih bahan yang baik, anda
perlu mengetahui perbedaan antara bahan yang baik dak yang tidak baik untuk dapat
membedakannya dibutuhkan kreteria tertentu sebagai tolak ukurnya.
Dalam
memilih bahan pembelajaran apresiasi sastra, guru harus menggunakan
kriteria keterbacaan dan kesesuaian.
Kriteria keterbacaan berkaitan dengan mudah sukarnya suatu karya sastra dibaca
dan dipahami oleh siswa. Sedangkan
kriteria keseuaian berhubungan dengan sesuia tidaknya bahan pembelajaran dengan
karakteristik siswa sebagai penerima pesan pembelajaran. Selanjutnya, ikutilah pembicaraan
tentang penggunaan kedua kriteria itu dalam pemilihan bahan pembelajaraan
apresiasi prosa anak, puisi
anak dan
drama anak.
1. Pemilihan
Bahasa Pembelajaran Apresiasi Prosa
a. kriteria
keterbacaan yang digunakan dalam pemilihan bahan pembelajran prosa harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut;
1) Kejelasan
bahasa
Prosa yang
dipilih harus menggunakan bahasa yang sederhana, lugas kalimatnya
pendek-pendek, tidak
rumit sehingga memudahkan siswa menangkap isinya. Kata-kata yang digunakan
bermakna lugas.kejelasan bahasa memungkinkan siswa mudah menemukan unsur-unsur
yang bangun sebuah prosa.
2) Kejelasan
tema
Prosa yang
dipilih harus mempunyai tema yang terbuka artinya, tema dapat
ditemukan dengan langsung oleh siswa.
a) Kesederhanaan
Plot
Prosa yang dipilih
harus mempunyai plot maju maksudnya, rangkaian peristiwa
yang membentuk isi cerita dengan plot
maju memungkinkan siswa menangkap isinya dengan mudah.
b) Kejelasan
Perwatakan
Perawastan
tokoh-tokoh dalam cerita yang di pilih harus terdeskripsi secacara sederhana
sehingga siswa dapat dan mudah mengenali tokoh-tokoh itu.dengan demikian, pesan
yang terkandung dalam cerita itu pun mudah di tangkap oleh siswa.
c) Kesederhanaan
Latar
Later
atau setting dalam cerita yang di
pilih harus tidak berbeda jauh dengan lingkungan tempat tinggal siswa sehingga
mereka merasa akrab dengan suasana dalam cerita itu.
d) Kejelasan
Pusat Pengisahan
Pusat
pengisahaan dalam ceriita yang di pilih harus konsisten: artinya, jangan terlalu
banyak terjadi pergantian fokus.
Seringnya terjadi pergantian focus akan menylitkan siswa mengikuti jalan
ceritanya.
b. Kreteria,
Kesuaian Berkaitan Dengan Kateristik Anak
Agar
pembelajaran apresiasi sastra bermakna bagi siswa, pemilihan bahan pembelajarannya
harus di dasarkan pada karakteristik anak, sesuai dengan tingkat perkembangan
psikologinya. Di samping itu, kandungan morol dalam cerita yang di pilih juga
harus di pertimbangkan kelayakannya. Seperti telah diuraikan di muka,
anak-anak SD berusia 6-13 tahun. Sesuai dengan.
tingkat perkembangan jiwanya, anak usia 6-9 tahun
menyukai cerita sederhana tentang kehidupan sehari-hari, dongeng binatang,
kisah-kisah yang lucu. Sedengkan anak yang berusia 9-12 tahun atau 13 tahun
menyukai cerita yang melukiskan pahit getirnya hidup kekeluargaan yang di tulis
secara realitis, juga menyenangi cerita yang fantastis ( science fiction ) dan kisah - kisah pertualangan.
2. Pemilihan Bahasa Pembelajaran Apresiasi Puisi
a.
Kriteria keterbacaan
dalam memilih puisi yang akan digiunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi
berkaitan dengan sukar tidaknya bahasa yang digunakan dan sukar yang tidaknya
bahasa yang diguanakan dan sukar yang
tidak menemukan pesan yang terkandung dalam puisi itu.bahasa yang
digunakan dalam puisi harus terjangkau
oleh berbahasa anak. Artinya,sebagaian
besar kata yang digunakan dalam puisi sudah dikenal anak. Disamping itu,susunan
lirik puisi pun harus diperhatikan.puisi
yang berlarik panjang-panjang sebaiknya tidak dipilih.
b.
Kriteria kesuaian dalam
memilih puisi yang akan digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi dirinci
sebagai berikut;
1)
Sesuai Kelompok Usia
Anak
Umumnya, anak-anak SD menyukai
puisi yang mengandung kemerduan bunyi. Hal
itu dapat anda lihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka senang melagukan
puisi yang berisi permainan bunyi.
2)
Sesuai Dengan
Lingkungan
Pembelajaran
apresiasi puisi akan lebih efektif bila diawali dengan penyajian puisi yang
memiliki suasana lingkungan yang akrab dengan siswa dengan demikian mereka
akan merasakan bahwa puisi itu mereka kenal sehingga mudah membacanya.
3. Pemilihan Bahan
Pembelajaran Apresiasi Drama
a.
kriteria keterbacaan
dalam memilih drama yang akan digunakan dalam pembelajaran apresiasi drama
dirinci sebagai berikut :
1) Kelesan
Bahasa (Dialog)
Kata-kata yang digunakan dalam naskah drama yang
dipilih merupakan kata-kata yang lugas sehingga siswa merasa akrabdengan dialog
seperti itu. Dialog
dalam naskah drama sebaiknya merupakan kalimat yang pendek-pendek agar siswa
mudah mengingat dan mengepresiasikannya.
2) Kejelasan
Tema Dan Pesan
Tema drama yang dipilih harus tersaji secara lugas
sehingga sisiwa dapat langsung mengenalinya dan menemukan pesan-pesan yang
terkandung dalam naaskah drama.
3) Kesederhanaan
Alur (Babak)
Drama yang dipilih sebaiknya beralur maju dan tidak
terlalu panjang sihingga tidak sering berganti babak. Terlalu berganti babak
dapat memudarkan daya tangkap anak terhadap keutuhan lakon.
4) Kejelasan
Watak
Setiap tokoh dalam drama yang dipilih hendaknya
memiliki 19 karakter yang jelas sehingga mudah dibedakan antara tokoh yang satu
dengan tokoh yang lainnya.
b. Kriteria
kesesuaian dalam memilih drama yang akan digunakan berkaitan dengan fase
perkembangan anak sesuai
dengan usia psiokologinya, drama
yang dipilih harus sesuai dengan karateristik anak, yaitu sesuai dengan
minat dan kemampuannya.
E.
MENGAPRESIASI
KARYA SASTRA ANAK
Saudara mahasiswa,
mengaoresiasi karya sastra anak dapat dilakukan secara reseptif dan secara
sebagian besar kegiatan mengapresiasi karya sastra anak yang dilaksanakna
disekolah bersifat reseftif, artinya
lebih diarahkan kepada kemampuan memahami,menilai atau menikmati karya sastra
anak berbagai teknik,seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Apresiasi
reseftif dilakukan dengan cara mendengar atau
menyimak cerita dan membaca mencerita. Mendengarkan
cerita dapat dilakukan dengan cara mendengarkan cerita melalui kaset, melalui
radio atau mendengarkan orang lain membacakannya, bercerita, atau orang lain
bercerita.
Membaca cerita (buku)
dapat anda lakukan dimana saja, sesuai
dengan kesempatan (waktu) yang anda miliki. Buku-buku
cerita yang anda baca juga sesuai dengan selera anda. Namun, untuk cerita anak-anak
sebaiknya juga anda sesuaikan dengan kebutuhan putra-putri dan siswa-siswi
anda.
Kegiatan apresiasi
puisi secara reseptif dapat anda lakukan dengan cara mendengarkan pembacaan
puisi oleh penyiar terkenal. Seperti rendra, taufik ismail, gunawan muhammad. Tidak hanya itu,anda
juga dapat mendengarkan puisi yang dibacakan oleh siapa saja secara langsung
atau melalui media kaset, radio,
dan televise. Demikian
anda dapat menilai dan membandigkan hasil pembacaan mereka.
Sebagaimana halnya
apresiasi prosa, kegiatan
yang kedua adalah membaca. Membaca
puisi dapat dilakukan tanpa suara atau dalam hati jika tujuan hanya untuk
memahami isi puisi. Akan
tetapi tujuan mengapresiasikan pembacaan puisi yang baik, anda harus melakukan
dengan suara nyaring dan melibatkan emosi yang memang diperlakukan sesuai dengan kebutuhan puisi
anda lakukan.
Sedangkan cara
mengapresiasikan karya drama secara reseftif yang terbaik adalah dengan
menonton pementasan drama, seperti
yang anda lakukan melalui VCD drama anak-anak membohongi ibu.
Apresiasi
produktif merupakan
kegiatan mengapresiasikan karya sastra anak secara produktif yang mengacu
kepada (1) penciptaan karya sastra secara konkret (kreatif), dan (2) penciptaan
kemnbali karya sastra (rekreatif) melalui teknik paraphrase, yaitu teknik ubah
bentuk atau alih bentuk, misalnya;
1.
Menyusun hasil
rangkuman berurutan kebawah,tiap kalimat pkok ditulis dalam satu baris;
2.
Carilah kata-kata yang
mungkin masih dapat diganti dengan kata-kata yang lebih pendek,tetapi maknanya
lebih mengena;
3.
Usahakan agar setiap
akhir baris atau susunan kata berima dam bersajak.
Sekarang, bacalah cerita dibawah
ini yang akan dialih bentukkan menjadi puisi!
KENA GETAHNYA
Oleh : YADANTO
Si kancil sudah memperingatikan
si kera agar tidak mencuri mentimun disawah pak tani.
“kasihan pak tani,”kata
kancil
Untuk satu hari kera
dan kawan-kawannya berusaha menahan diri,tetapi pada hari berikutnya mereka
kembali menyerbu sawah pak tani.
“ah, kebetulan pak tani ada
di sawah. Akan
kulaporkan kelakuan keran dan kawan-kawannya itu ’’kata sikancil dalam
hati. ”Selamat
siang,pak tani! Sapa sikancil dengan sopan. Petani
tiu diam saja, karena yang disapa oleh sikancil hanyalah orang-orangan. Si kancil pernah melihat
pak tani bersalaman dengan orang lain. Itu
sopan santun.’’pak tani mungkin menganggap aku tidak sopan sehingga ia diam
saja kutegur,’’ pikir
sikancil. Ia
kemudian mengangkat kaki. Depannya
untuk menyalami orangan-orangan yang dikiranya pak tani itu. Apa yang terjadi? begitu menyentuh
orang-orangan itu, kaki
sikancil tidak dapat dilepaskan lagi. Ia
terkena jerat yang sengaja dipasang oleh pak tani. Si kancil baru menyadari
bahwa ia terkena jerat. Maksud
hati berbuat baik, apa
daya terkena getahnya.
‘’ini rupanya yang
merusak mentimuku! Kujadikan sate engkau!’’ kata pak tani yang
sejak tadi sembunyi didanau.
‘’ampun, pak!” kata sikancil’’ si kera yang merusak
ladang bapak, bukan
aku.’’
‘’binatang lain bisa
kamu tipu. Manusia
tidak akan bisa ditipu oleh bintang kecil sepertimu. Kamu akan kujadikan
gulai. Ekormu kubuat sup. Tentunya lezat sekali,’’ kata pak tani sambil
mengikat kaki si kancil, kemudian
membawanya pulang.
Sementara pak tani
pergi membeli bumbu gulai, si
kancil dikurung dibelakang rumah.
Sedih hati kancil saat itu. Begitu sedihnya ia
sehingga menitikan air mata. Pada
saat itu lah kera si pencuri mentimun kebetulan lewat dirumah pak tani. Ia tertegun melihat sikancil
berada dalam kurungan. ’’mengapa
kamu dikurung, cil?
Mengapa pula kamu menangis? kamu
sedih, iya? tanya
si kera. “ah, kata siapa aku sedih? Aku menangis karena bahagia.” Bahagia?”
Betapa tidak nanti siang aku akan dikawin kan dengan anak paktani yang cantik.
Aku akan diberikan ladang mentimun. Hidupku kenyang sepanjang masa.” Seharusnya
saya yang jadi minantu paktani ;
kata sikera merasa iri. “omong kosong,” kata sikancil.” Buktinya pak tani memilih aku.” Paktani pernah berjanji
kepadaku. Keluarlah kau dari dalam kerungan itu.” kata kera sambil membuka
kurungan itu.”Kalau kamu memaksa ya terserah,” kata sikancil. “enyahlah dari
tepat ini! Hardik kera sambil membayangkan dirinya akan dijadikan pengantin.”Bodoh
betul sikera, “bisik sikancil sambil pergi meninggalkan rumah paktani. Iya
kembali kedalam hutan.
Beberapa hari kemudian
sikancil mendengar berita tentang
kera yang kehilangan ekornya. Agaknya paktani memotong ekor kera untuk
melampiaskan kekesalannya.
(dikutipkan dari taringan,dkk.,2001)
Adapun puisi hasil pengalih
bentukan cerita diatas adalah sebagi berikut :
KENA GETAHNYA
Kancil menegur kera
Yang kerap mencuri mentimun
Menimbulkan marah paktani.
Segera dipasang perangkap
Manusia buatan
Serupa dirinya.
Kancil terperdaya
Masuk dalam kerungan.
Kera mendekat
Kancil berpura pura
Gembira bercerita
Akan kawin dengan anak paktani.
Kera terpedaya
Kerungan digantikan nya
Sekarang
kita bicarakan para ferase prosa menjadi
drama. Untuk itu, bacalah terlebih dahulu cerita anak dibawah ini
Penyesalan
rio
Oleh:mien rumini
“Bi, maafkan aku, iya! “ pinta adikku ketika aku
dan bibi menengok nya dirumah sakit,” kamu jangan mikir yang bukan bukan, bibi
sangat sayang
kepada mu. Tenanglah kamu biar cepat sembuh, iya! “kata bibi sambil mengusap
usap kepala rio, “ iya, bi. Tapi bibi memaafkan aku, kan? “
“Tentu, rio. Tanpa kamu minta, kau telah
ku maafkan, “kata bibi lagi. Adikku
memang penah marah pada bibiku.ini terjadi karena berbeda pendapat tentang
kucing. Bibi ingin kucing itu
tidak biasakan menggelandang bebas didalam rumah, karena rumah menjadi kotor.
Adik ku berbeda lagi, ia ingin kucing itu selalu bersamanya. Bermain, tidur,
dan diberi makan di dalam rumah.
Suatu hari si kucing membuat bibi
merasa jengkel kucing itu mengangkat ayam bakar dari atas meja bakar. Padahal
makan itu telah tertutup tudung saji. Bibi
membawa sapu lidi, mengempruk kucing supaya tidak ke rumah lagi. Bibi di marahi ibu,
karena di anggap ceroboh. Bibi juga di marahi adik ku karena karena
mengempruk-ngempruk
kucing dengan sapu lidi, bahkan sampai berani mengusirnya. Bibi tak boleh nakal sama
kucing. Kalau tidak suka kucing, bibi jangan tinggal di sini? Pulang sana
kekampung? bibi
hanya diam, dan pergi melanjutkan pekerjaan rumahnya, membuat taplak meja
dengan sulaman.
Bibiku memang dari kampung.dia adik
perempuan ayahku. Disini ia sedang bersekolah di sekolah kepandaian putri,
setingkat smu. Di mataku, bibi sangat cekatan dan terampil. Walaupun di rumah ini
ada pembantu, namun bibi mengerjakan urusan-urusan bersih-bersih dan memasak. Disela-sela kesibukannya
bibi masih sempat menjahitkan baju-baju temannya. Bibi biasanya tidak mendapat uang dari
menjahit ini, tetapi temannya membelikan kain secukup ukuran tubuh bibi. Jadi, jika bibi menjahit
baju temannya, bibi pun punya sebuah baju baru.
Selain itu, bibi masih punya tugas
menjaga dan mengurus aku sejak masih kecil.ibu ku harus menjaga bayi, si rio
itu, umurku memang hanya terpaut 13 bulan dengan nya. Namun, entah mengapa,
semua perbuatan bibi itu tidak
membuat ibu dan bapakku menyayainginya.
Suatu ketika si kucing berulah lagi,
kucing adik ku berak di dalam rumah. Mulai dari kamar rio sampai ke koridor
penuh gundukan-gundukan kecil yang sangat menjijikan. Baunya memenuhi seluruh
rumah ku.
Yang kebagian membersikan, siapa
lagi kalau bukan bibi. Sore
begini pembantu sudah pulang. Dengan
menggunakan kantong pelastik bening di tangan dan sobekan kertas koran, bibi
menbersihkan kotoran itu setelah kotorannya hilang, bibi mengepelnya. Air pelnya di campur
lisol agar baunya cepat hilang katanya. Aku
merasa kasihan sekali pada bibi, lebih-lebih
setelah itu bibi muntah-muntah di kamar mandi. Tetapi kejadian itu tidak membuat adik ku
jera. Ia tetap saja membawa
kucingnya kedalam rumah. Sampai akhirnya ia sakit sesak napas. Kata dokter,
“jangan dekat-dekat yang berdebu dan berbulu… kucing “. Itu lah sebabnya ia
minta maaf pada bibi rupanya ia sadar bahwa bibi benar.
( dikutip dari tarigan, dkk., 2001).
Dapatkah anda menceritakan kembali
cerita itu dengan singkat? Pasti dapat! Bagus mari kita buat ringkasannya.
Cerita itu mengisakan kisah seorang
ank laki-laki bernama rio. Ia sangat menyukai kucing untuk kesukaanya itu ia
sampai harus memarahi bibinya karena bibinya menginginkan kucingnya tidak
menggelandang di dalam rumah. Menurut bibi jika kucing dibiarkan seperti itu,
akan mengotori rumah. Suatu hari ketika kucing mencuri ayam bakar. Selain itu, kucing juga
berak di dalam rumah bibi dimarahi adik dan ibu akhirnya si adik sadar, bibi
benar. Hal ini terjadi karena dokter mengatakan bahwa adik jangan dekat-dekat debu
dan kucing.
Secar garis besar, begitu lah
synopsis cerita penyesalan rio itu. Anda pun dapat membuat synopsis dengan gaya
anda sendiri.
Sekarang, mari kita lihat, dimana
cerita itu terjadi! Ia, di rumah sakit dan di rumah. Dengan demikian cerita
dapat di jadikan dua babak, babak pertama dirumah sakit dan babak kedua di
rumah.
Selanjutnya, siapa saja tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita itu? ia,
rio, aku, bibi, ibu, dan ayah. Dalam cerita, tokoh ibu dan ayah tidak begitu
kelilhatan geraknya. Didalam derama perlu
digerakan agar lebih hidup.selain itu, agar cerita lebih hidup, anda dapat
menampilkan tokoh perawat dan dokter. Dari
tokoh-tokoh itu, siapa yang berperan sebagai protagonis, antagonis, tritagonis,
dan tokoh-tokoh pembantu lainya?
Masih ingat dengan istilah
protagonis, antagonis, dan tritagonis? protagonis adalah tokoh pembawa ide
kebaikan, antagonis adalah yang menentang keterlaksanaanya ide kebaikan dari
protagonis, dan tritagonis yang menengahi pertentangan kedua tokoh itu.
Tokoh-tokoh lain yang menambah ramainya pertentangan dan tidak terlalu berperan
digolongkan sebagai pembantu.
Di dalam ceita tadi, rio adalah
tokoh antagonis sebab memiliki watak yang kurang baik. Ia membiarkan kucingnya
mengotori rumah, memari dan mengusir bibinya. Dimana posisi aku cerita? ia menempati cerita
posisi tritagonis. Posisi ini dapat lebih ditonjolkan dalam derama, misalnya
dengan cara menyajikan dialog antara aku dan rio. Isinya aku mengingatkan rio
agar jangan terlalu galak kepada bibinya.
Siapa yang berperan sebagai tokoh
protagonisnya? Ia sibibi, bukan? Lalu,
bagaiman dengan siibu dan bapak, dalam derama dapat dihadirkan sebagai tokoh
yang menambah tajam konflik darama daengan cara memarahi bibi.
Itulah tokoh dan pranannya yang
digambarkan dalam cerita tadi.kita dapat langsung menggunkanya kedalam drama
atau memodifikasinya lebih dulu.begitu pula halnya dwengan bapak yang telah di
sebutkan di atas.babak dapat disusun, seperti babak satu terjadi di rumah dan
babak dua di rumah sakit.itu jika bercerita di ubah menjadi beralur maju.dapat
pula terjadi. Dari tiga babak: babak satu di rumah sakit, babak dua di rumah,
dan babak tiga di rumah sakit kembali.
Nah, sekrang kita tetapkan, drama
yang kita buat berdasakan cerita penyesalan rio tadi terdiri tiga babak dan ini
hasilnya.
PENYESALAN
RIO
para pemain :
ü Rio
ü Raka
(Aku Dalam Cerita)
ü Ibu
ü Ayah
Babak
1
Di sebuah ruangan di
rumah sakit tampak rio tidur di tempat tidur yang bersepray warna putih.selimut
yang di pakainya berwarna hijau berbunga-bunga besar warna putih.di sebelah
kiri atas tempat tidur ada meja kecil yang berhias bunga di sebelah kanan atas
tempat tidur terdapat sebuah meja kecil, di atasnya tampak sekeranjang
buah-buahan.penyekat ruang adalah kain berwarna hijau muda.rio terbaring di
tempat tidur.di sampingnya berdiri seorang perawat yang baru saja selesai
mengukur suhu tubuh rio.dari pintu, masuk bibi dan raka membawa bungkusan buat
rio.
Bibi :
Hai… rio! Bagaimana,
sudah makin baik”(tangannya mengusap tangan rio).
Rio :
Lumayan, bi.”
Raka :
wah, kamu keliatan sudah sehat. Sebentar lagi bisa pulang, iya?nih, kakak
bawakan sankis buat kamu! “( raka menuju meja, menyimpan bawaannya)”
Rio :
Iya, terimakasih.
“(kepada bibi memelas)” bi maafkan rio iya!”
Bibi :
“Lo, memangnya kenapa?
Sudah, kamu jangan punya pikiran yang bukan-bukan, biar lekas sembuh!”
Rio :
“Iya bi, tapi bibi
memaafkan rio, kan?”
Bibi :“Bibi sangat saying
kepadamu rio. Sebelum kau minta, nini sudah memaafkan mu.”
Raka :
“Bagaimana? Apa sekarang
masih akan tidur dengan kucing?”
Rio :
“No way!” (sambil
menggerakkan telapak tangannya, menyatakan tidak).
Raka : “Bagus.
Kamu memang anak baik.”
Bibi : (tersenyum memandang dua kaka beradik itu dengan penuh
sayang).
Raka : “ Kucing
mu boleh tetap di pelihara, asalakan tidak diajak bermain di dalam dan di ajak
tidur.”
Rio : “ Walaupun aku tetap sayang sama kucing
tapi sekarang kucing ku harus tidur di rumah-rumahannya dan bibi tak usah segan
mengepruknya keluar, jika kucing itu masuk rumah kita.” (memandang ke aranh
bibi).
Bibi : “Iya,
sayang! Sekarang, rio tidur, iya! Bibi dan raka harus segera pulang supaya
tidak kemalaman.” (mengusap kepala rio).
Raka : “ Ayo,
“ (tanganya melakukan salam tepuk dengan adiknya) “ kakak pulang dulu, iya.”
Rio :
“ Iya,…! Terimakasih, bi,
kak.”
Babak
2
Di sebuah ruang tengah,
seorang ayah dan seorang ibu sedang duduk beristirahat. Ayah tampak sedang
membaca koran. Di atas meja terhidang teh hangat dan kue dalam toples.
Ayah : “ Bagaiman
belajarnya anak-anak, bu? “
Ibu : “Bagus, pak. Malah sekarang mereka juga
sedang….” ( tiba-tiba rio dating menghampiri orang tuanya sambil mengelus
seekor kucing yang di gendongnya).
Rio :
“ Bibi nakal bu. Kucing
rio selalu di pukul sapu lidi dan tak boleh kedalam ,”
Ayah : (melihat kearah bibi, mengerakkan
tangan). “ ada apa lagi, hah? Sudah, kesana!”( mengibaskan tangannya).
Bibi : “ Kak
kucing itu berak mengotori rumah ini.”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia(1993) kata apresiasi sebagai
tema dasar diberi arti (1) Kesadaran
tehadap nilai-nilai seni dan budaya;
(2) Penilain(penghargaan)terhadap sesuatu; (3) Kenaikan nilai barang
karena harga pasanya naik atau permintaan akan barang itu bertambah. Dalam ensiklopedi
indonesia (1980) dijelaskan sastra adalah sikap menghargai sastra berdasarkan pengertian tepat tentang
nilainya.badudu dan zain (1996) menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah
pemahaman,penghargaan,dan penilain yang positif terhadap karya sastra. Sudjiman
(1990) memaknai apresiasi sastra sebagai penghargaan terhadap karya sastra yang
didasarkan pada pemahaman. Sementar itu,zaidan (1994) menyatakan bahwa
apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil
penilaian,pemahaman, penafsiran,penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh
kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra iu.
2)
Mempelajari sastra
bermanfaat secara estetis, pendidikan kepekaan batin dan sosial, menambah
wawasan, pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
B.
Saran
Setiap manusia
tidaklah luput dari kesalahan. Sebagai pembaca yang budiman, harap memaklumi
jika dalam karya yang berbentuk makalah ini terdapat kesalahan baik tulisan,
ejaan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, dkk. . Bahasa dan Satra Indonesia SD. : Universitas Terbuka.